Kamis, 15 Maret 2012

Api lilin warnanya kuning..??



Nyala api pada kompor gas saya berwarna biru, tetapi nyala lilin saat listrik mati berwarna kuning. Apa yang menyebabkan kedua nyala itu berbeda warna?
Ini menyangkut masalah berapa banyak oksigen tersedia untuk menyalakan bahan bakar. Oksigen yang banyak menyebabkan nyala berwarna biru, sedangkan oksigen yang terbatas menyebabkan nyala berwarna kuning. Mari kita perhatikan dulu nyala kuning terlebih dahulu.

Sebatang lilin sesungguhnya sebuah mesin pembuat nyala yang sangat kompleks. Pertama sebagian lilin harus meleleh, kemudian lilin cair itu harus bisa memanjat sumbu. Terus harus bias menguap menjadi gas, dan baru setelah itu dapat terbakar –bereaksi dengan oksigen dalam udara untuk membentuk karbon dioksida dan uap air. Ini proses yang sangat tidak efisien.

Supaya pembakaran itu bisa efisien 100 persen, lilin harus dapat diubah seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air yang tidak kelihatan. Akan tetapi, nyala lilin tidak bisa mendapatkan oksigen yang diperlukannya kalau hanya mengambil udara di sekitarnya. Udara di sekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua parafin (bahan pembentuk lilin) yang meleleh dan menguap, yang siap untuk dibakar.

Sementara itu, di bawah pengaruh panas, sebagian parafin yang tidak terbakar terurai menjadi partikel-partikel karbon yang sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran, menjadi berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang. Maka itulah sebabnya nyala lilin berwarna kuning. Ketika partikel-partikel karbon yang berpendar mencapai bagian puncak nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk ikut terbakar juga.

Hal yang sama terjadi pada lampu minyak tanah, api bakaran kertas, api unggun, kebakaran hutan, dan kebakaran rumah, semuanya mempunyai nyala berwarna kuning. Sebabnya hanya karena udara tidak dapat mengalir cukup cepat untuk membuat bahan bakar terbakar seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air.
Jika kita tidak percaya ada partikel-partikel halus karbon yang tidak terbakar dalam nyala sebuah lilin, cukup sisipkan sebilah pisau ke dalam nyala api selama beberapa detik, untuk menangkap partikel-partikel itu sebelum terbakar. Pisau itu akan memperoleh selapis karbon berwarna hitam pekat yang tampak seperti beludru. Warna hitam tadi mungkin paling hitam di antara benda-benda hitam lain, dan digunakan dalam pembuatan tinta.

Di pihak lain, kompor dan panggangan gas memang menggunakan bahan bakar berwujud gas – jadi tidak memerlukan proses penguapan. Cara ini memudahkan kita bahan bakar bercampur denga udara sebanyak-banyaknya, sehingga reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat. Karena bahan bakar di sini terbakar hampir seluruhnya, kita mendapatkan nyala yang jauh lebih panas. Nyala api juga jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh partikel-partikel karbon.

Ingin lebih panas lagi? Mengapa tidak mencampurkan oksigen murni, sebagai pengganti udara, dengan bahan bakar gas? Bagaimanapun, kandungan udara dalam oksigen hanya 20%. Sebuah glassblower menggunakan penyembur api yang mencampur oksigen dengan gas alam (metana) untuk menghasilkan nyala api dengan temperatur sekitar 1.600 derajat celcius. Penyembur api tukang las, yang juga disebut oxyaceletene torch, mencampur oksigen dengan asitelena, dapat menghasilkan nyala dengan temperatur sekitar 3.300 derajat celcius. Nyala api tersebut biru. Namun bis juga berwarna kuning apabila setelannya kurang pas sehingga gas bahan bakar tidak mendapaatkan oksigen yang memadai untuk pembakaran sempurna. Nyala kuning tersebut juga menghasilkan jelaga.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2011 fahjri is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger